heaven_and_me

"Saya akan melewati jalan ini hanya sekali; karenanya setiap perbuatan baik yang dapat saya lakukan atau kebaikan apapun yang bisa saya perlihatkan kepada orang lain, biarkan saya melakukannya sekarang. Jangan biarkan saya menunda, juga jangan biarkan saya mengabaikannya, karena mungkin saya tidak akan melewati jalan ini lagi.." < old qoutes from How to win Friens and influence people.. >

Thursday, August 17, 2006

……dan sempat, kumelayani hatimu….

Titi DJ,… cinta dari hati… 2006
…meski indah, indah yang telah terjadi, namun semua berakhir…

Kau… membuat hidupku lemah tak berdaya

untuk mencoba lagi
mengulang kembali cinta dari hati.. untuk dirinya

sulit kuberhenti mengingat yg terjadi
bersamamu….


ingin kujalani hidup tanpa ada rasa itu...
meski indah yang tlah terjadi.....

namun semua berakhir...

ku tetapkan hatiku,… lanjutkan hidupku
bersamanya kini
kucoba berikan cinta seutuhnya
seperti dulu

inginku jalani hidup tanpa ada rasa itu...
meski indah yang tlah terjadi.....
namun semua berakhir...

ku takkan kembali mengingat yag tlah terjadi

saat bersamamu...
meski indah,… indah yang telah terjadi.....
namun semua berakhir...

kutakkan kembali.... semua berakhir...




Titi DJ,… Melayani hati… 2006
……dan sempat, kumelayani hatimu….

Mungkinkan engkau masih menginginkan rindu ini

setelah kau pergi menjauh dari jangkauan hati
mungkinkah engkau mau menyisakan rasa rindu
setelah kau tutup pintu hatimu tanpa waktu..

padahal saat itu…
sempat kau berharap kau tak harus pergi
sempat kau katakan kau rindu padaku
sempat saling berdekapan dan menghangatkan
menyaksikan malam penuh bintang

sempat kau berharap kau tak harus pergi
sempat kau katakan kau rindu padaku
sempat saling berdekapan dan menghangatkan
menyaksikan malam penuh bintang

sempat kunikmati kecupan senyummu
sempat kuresapi redupnya matamu
sempat saling mendengarkan ombak bersuara
dan kita berkhayal keliling dunia

dan sempat kumelayani hati mu…..




Titi DJ,… Matamu… 2005
… kini aku melihat kilau matamu itu lega aku tersenyum dan kupercaya…

Dulu aku melihat binar matamu itu

gugup ku tak tersenyum, ku tak percaya.
tak pernah kumelihat sepasang kelembutan
selembut mata itu
haiyyayayaa..

kini aku melihat kilau matamu itu
lega aku tersenyum dan kupercaya
dan masih kumelihat sepasang kehangatan
sehangat mata itu
indah bersinar berkilauan
semakian kuat untukku

mata yg paling indah hanya matamu
sejak pertama kurasakan tak pernah berubah
sinar yg paling indah dari matamu
sampai kapanpun itulah yg terindah...




Titi DJ,… Hanya cinta yang bisa… 2005
… hanya kasih sayang tulus yang mampu menembus ruang dan waktu…

Kupikir..
Tak pernah pantas untuk bahagia…
Sejak kau pergi dalam tidak tahuanku..
Kini kau kembali membawa bingkisan kebahagiaan…
Yang aku ingat pernah kaucuri dariku dulu
Kau tawarkan lagi untukku…

Jangan lagi kau pergi dari hidupku
takkan mudah untukku bila sendiri
biar kita miliki rasa bahagia
Ingin selalu bersama didalam ruang dan waktu

Kusadari…
Bukan hanya kau kembalikan mimpiku
hadirmu kini membuatku percaya lagi
bahkan lebih indah dari mimpi-mimpiku

hanya cinta yang bisa menaklukkan dendam
hanya kasih sayang tulus yang mampu menyentuh
hanya cinta yang bisa mendamaikan benci
hanya kasih sayang tulus yang mampu menembus
ruang dan waktu



Titi DJ - Jangan Berhenti Mencintaiku … [1999]
… Jangan berubah sedikitpun… di dalam cintamu ku temukan bahagia…

Hari kian bergulir
Semakin dekat dirimu di hatiku
Meskipun tak terucapkan
Ku merasakan dalamnya cintaku

Jangan berhenti mencintaiku
Meski mentari berhenti bersinar
Jangan berubah sedikitpun
Di dalam cintamu ku temukan bahagia

Jalan mungkin berliku
Tak kan lelah bila di sampingmu
Semakin ku mengenalmu
Jelas terlihat pintu masa depan

Semoga tiada berhenti
Bersemi selamanya



Titi DJ – Bahasa Kalbu… [1999]
… Kini dirimu yang selalu bertahta di benakku dan aku kan mengiringi,
bersama disetiap langkahmu....

Kau.... Satu terkasih
Kulihat di sinar matamu
Tersimpan kekayaan batinmu

Di dalam senyummu
Kudengar bahasa kalbu
Mengalun bening menggetarkan
Kini dirimu yang selalu
Bertahta di benakku
Dan aku kan mengiringi bersama...
Disetiap langkahmu....

Percayalah....
Hanya diriku paling mengerti
Kegelisahan jiwamu kasih
Dan arti kata kecewamu

Kasih yakinlah
Hanya aku yang paling memahami
Besar arti kejujuran diri
Indah sanubarimu kasih
Percayalah...




Titi Dwi Jayati…

The most outstanding indonesian love and ballads singer I love most…

Kekuatan karakter suara, penghayatan dan liriknya tlah membawa
imajinasi dan alunan hati ikut bernyanyi.

Bersama alulan liriknya pulalah episode cinta berlalu menjadi kenangan
terindah…

Thanks for so many beautiful words and rhythm…

See you in a better life,…

Friday, August 11, 2006

Mendengarkan bambu bicara....

Mendengarkan Bambu Bicara

Oleh : Gede Prama


Terus terang, lama saya memendam keingintahuan, kenapa banyak lukisan-lukisan yang datang dari Cina dan Jepang berlatar belakang pohon bambu ? Sampai-sampai sempat bertanya ke sana ke mari. Dan rasa ingin tahu ini sedikit terobati ketika bertemu buku dengan judul The Bamboo Oracle karangan Chao-Hsiu Chen. Karya jernih ini bertutur banyak tentang kebijakan-kebijakan Confusius melalui simbul-simbul bambu. Rupanya, pohon yang menarik perhatian saya ini, menyimpan banyak sekali simbul dari sifat-sifat mulia.

Sebutlah sifat bambu yang tidak memiliki bunga dan buah. Tidak sama dengan pohon lainnya yang senantiasa sombong dengan bunga dan buahnya, bambu tetap berdiri tegak tanpa sumber kesombongan terakhir. Semua ini seperti sedang mengingatkan kita manusia, hasil dalam kehidupan, kalau dibiarkan menjadi kekuatan pendikte kesombongan dan kecongkakan, maka mudah sekali membuat orang �berakar ke luar�.

Berbeda dengan bambu yang berakar kuat ke dalam, orang-orang yang didikte kesombongan dan kecongkakan, amat dan sangat tergantung pada komentar, pendapat, pujian dan makian orang lain. Dan sebagaimana semua kita tahu, di kaki langit manapun, dengan sikap dan prestasi setinggi apapun, pujian dan makian orang akan senantiasa datang mengikuti. Sehingga kalau pujian dan makian orang yang digunakan sebagai barometer keberhasilan, maka siklus naik dan turun akan senantiasa ikut bersama kita. Ketika dipuji naik siklusnya, tatkala dimaki turun mood-nya.

Kalau boleh jujur, tidak sedikit manusia yang hidupnya dibuat lelah karena senantiasa mendaki dan menuruni siklus pujian dan makian. Dibandingkan lelah naik turun, orang-orang seperti Kabir (salah seorang seniman besar India), memilih untuk berakar ke dalam persis seperti bambu. Dalam kehidupan yang berakar ke dalam, energi utama yang mendorong perubahan dan kehidupan bukan lagi pujian dan makian orang lain, namun kenikmatan untuk senantiasa bersyukur dalam melakukan perjalanan.

Mirip dengan anak-anak sekolah yang pergi tamasya dan di dalam perjalanan selalu bernyanyi �di sini senang, di sana senang�, demikianlah kira-kira kehidupan orang-orang yang berakar ke dalam. Kabir bahkan pernah menyarankan untuk tidak perlu pergi ke taman, gunung, pantai dan tempat rekreasi lainnya. Sebab, di dalam sini sudah tersedia keindahan dan kenikmatan yang tidak terbatas jumlahnya. Dan kalau rekreasi ke luar kita membayar mahal, rekreasi ke dalam biayanya amatlah murah secara materi. Hanya diperlukan duduk, hening, syukur dan tersenyum.

Mirip dengan bambu yang kuat dan kokoh karena berakar ke dalam, demikian juga kehidupan banyak orang yang berakar ke dalam. Tidak ada satupun kekuatan pendikte dari luar yang bisa merobohkannya. Sayang sekali, kehidupan manusia modern tidak mau mendengarkan bambu, untuk kemudian berakar ke luar. Sebagai hasilnya, kebencian, peperangan, penderitaan dan sejenisnya, dating tanpa mengenal rasa lelah.

Sebutlah tragedi meledaknya World Trade Centers New York yang dibumi hanguskan oleh teroris 11 September 2001 lalu, yang belakangan membuka pintu kebencian yang amat mencekam, apa lagi penyebab utamanya kalau bukan kehidupan yang berakar ke luar. Dengan judul-judul seperti memberi pelajaran pada adi kuasa, menegakkan martabat bangsa, ada orang yang bahkan rela mati dan menghancurkan surga di dalam diri, hanya untuk mengundang decak kagum orang lain.

Disamping berakar kuat ke dalam, bambu juga senantiasa hidup dalam keheningan dan kerendahhatian. Lihatlah ketika angin bertiup, ia hanya bergesek-gesek kecil dengan sahabatnya, dan kemudian menimbulkan suara desis yang hening. Dan hening terakhir adalah sejenis kualitas yang sudah lama hilang dari dunia manusia, untuk kemudian diganti dengan kekisruhan, dendam dan sejenisnya. Berbeda dengan dendam dan kekisurhan lain yang mengenal kotak dan pagar-pagar pemisah, keheningan ala bambu sudah lama membuang kotak dan pagar-pagar terakhir. Ketika angin lembut datang, ia berdesis hening, ketika angin ribut datang ia juga berdesis hening.

Seolah-olah sedang mengingatkan, hanya dengan keheninganlah kejernihan pandangan bisa dipertahankan. Ketika peledakan gedung WTC New York baru terjadi, sebagai pribadi hati sayapun menangis, sambil berharap inilah saatnya bagi Amerika untuk menunjukkan kedigdayaannya yang sebenarnya. Ketika itu, lewat dalam bayangan saya sebagai manusia, George W. Bush berpidato penuh senyum : �Kita amat terpukul dan berduka dengan kejadian ini. Namun, karena kita bangsa besar, inilah saatnya untuk menunjukkan pada dunia kebesaran kita. Di mana dalam kebesaran dan kedigdayaan, kebencian tidaklah sepantasnya dilawan dengan kebencian, kedengkian tidaklah selayaknya direspons dengan kekisruhan pikiran�. Setidak-tidaknya itulah prediksi saya tentang pidato Bush di hari berikutnya.

Sayang sekali, prediksi saya tentang pidato Bush salah besar. Kedigdayaan Amerika yang dibangun dalam kurun waktu lama bahkan dijatuhkan oleh serangkaian kebencian dan kekisruhan. Ketika tulisan ini dibuat, wajah dunia memang terbelah. Sebagaimana cerita kehidupan yang berakar ke luar, ada yang memuji Amerika, ada juga yang mencaci Amerika. Dan memang demikianlah hakekat kehidupan.

Anda bebas memilih sikap dalam hal ini, dan saya memilih untuk duduk hening mendengarkan suara-suara bambu. Dan sebagaimana disarikan secara ringkas oleh Chao-Hsiu Chen, bambu senantiasa silent, modest, deeply rooted. Hening, sopan dan berakar ke dalam. Setidak-tidaknya demikianlah cita-cita saya dalam perjalanan panjang yang bernama kehidupan.